Selasa, 29 Maret 2011

Hari Air Sedunia, World Water Day

Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, inisiatif peringatan tersebut tercetus pada Sidang Umum PBB ke 47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Jeneiro Brasil. Pada tahun 2008, dijadikan Tahun Sanitasi Internasional, sesuai dengan tema World Water Day yaitu sanitasi.

Setiap tahunnya pada Hari Air Sedunia terdapat tema khusus agar menjadi perhatian bagi warga dunia tentang betapa pentingnya air sebagai sumber kehidupan, Tema-tema tersebut antara lain Air untuk Abad ke-21 untuk tahun 2000, Air untuk Kesehatan (2001), Air untuk Pembangunan (2002), Air untuk Mssa Depan (2003), Air dan Bencana (2004), Air untuk Hidup (2005), Air untuk Budaya (2006), dan tahun 2007 berbicara tentang Kelangkaan Air.
Sanitasi yang baik menjadi sangat penting karena dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit khususnya diare, kematian akibat diare sebanyak 1,8 juta jiwa setiap tahunnya dan penyebab utamanya sanitasi yang buruk dan rendahnya kualitas kesehatan.

Pada tingkat dunia, seperti yang dilaporkan dalam Water Supply & Sanitation Collaborative Council (www.WSSCC.org) sebanyak 2,6 milyar manusia atau 40% penduduk dunia tidak memiliki akses untuk mendapatkan sanitasi dasar.
Sedangkan menurut berita Kompas (5/10/07), 24 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses terhadap fasilitas dasar, seperti penyediaan air bersih, jauh melebihi negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Minggu, 20 Maret 2011

Hari Hutan Sedunia

Hari hutan sedunia sudah diperingati oleh masyarakat dunia sekitar 30 tahun belakangan ini.
Awalnya sih, hari hutan sedunia ini hanya diperingati oleh General Assembly of the European Confederation of Agriculture . Nggak berapa lama kemudian, organisasi di PBB yang mengurus bidang makanan dan pertanian segera mendukung kegiatan itu di seluruh dunia.
Tanggal 21 Maret dipilih oleh masyarakat dunia untuk menjadi momentum peringatan Hari Hutan Sedunia yang saat itu mengampanyekan 3 hal utama untuk menjaga keberadaan hutan di dunia, yaitu melindungi hutan, memanfaatkan hasil hutan, dan menjadikan hutan sebagai tempat rekreasi alam untuk kesejahteraan manusia.
 
Soal Hutan
Kamu tahu dong, di hutan itu enggak melulu pohon-pohon besar saja, tapi di hutan pun terdapat berbagai makhluk hidup yang berkembang biak di dalamnya, termasuk air, tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, karena global warming (pemanasan global) fungsi hutan sebagai paru-paru dunia mulai menipis. Pembukaan areal hutan, penebangan liar, pembabatan hutan untuk lahan pertanian dan segala kegiatan produksi komersial lainnya, termasuk memburu hewan-hewan liar yang hidup di hutan dilakukan manusia secara besar-besaran.
Dari tahun ke tahun kegiatan itu terus berlangsung, sampai akhirnya pemanasan global, bencana alam, seperti longsor, banjir, dan lainnya mulai melanda.
Oleh karena itu, untuk memperingati hari hutan sedunia, setiap organisasi yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup menghimbau untuk menyelamatkan hutan.

Luas Hutan di Indonesia
Kawasan hutan Indonesia mencapai 162 juta hektar . Lahan hutan terluas itu ada di Papua (32,36 juta hektar luasnya). Kemudian hutan Kalimantan (28,23 juta hektar), Sumatera (14,65 juta hektar), Sulawesi (8,87 juta hektar), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta hektar), Jawa (3,09 juta hektar), Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta hektar).
Nah, luas banget, kan hutan di Indonesia. Asal kamu tahu saja nih, Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis terluas ke-3 di dunia, setelah Brasil dan Kongo. Dan sayangnya, menurut buku Rekor Dunia Guinness , Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat kehancuran hutan tercepat di antara negara-negara yang memiliki 90 persen dari sisa hutan di dunia.
Berapa luas hutan yang dihancurkan?
Menurut buku tersebut, Indonesia menghancurkan luas hutan yang setara dengan 300 lapangan sepakbola setiap jamnya. (Gleekkk!) Forest Watch Indonesia pun mencatat kerusakan hutan di Indonesia dari tahun terus meningkat, sampai saat ini saja sudah mencapai 2 juta hektar per tahun.
Sebanyak 72% dari hutan asli Indonesia telah musnah. Akibatnya, luas hutan Indonesia selama 50 tahun terakhir telah berkurang dari 162 juta hektar menjadi 98 juta hektar.
Sedih banget ya.. padahal hutan adalah bank makanan terbesar lho! Kalau setiap tahunnya berkurang, akibatnya bank makanan makhluk hidup di dunia semakin hari semakin menipis. Duh, apa dong yang harus dilakukan untuk menyelamatkan bank makanan kita ini? (Ervina/Kidnesia.com/berbagai sumber)

Minggu, 13 Maret 2011

Direvisi, Gempa Jepang Berkekuatan 9 SR

Sebuah kapal yang belum selesai dibuat teronggok di samping rumah-rumah yang rusak akibat terjangan tsunami di Kota Kamaishi, Prefektur Iwate, Sabtu (12/3/2011), sehari setelah gempa berkekuatan 8,9 SR mengguncang kawasan itu.


TOKYO, KOMPAS.com — Badan Metereologi Jepang mengatakan bahwa besaran gempa bumi yang melanda wilayah timur laut Jepang pada Jumat lalu mencapai 9 skala Ritcher. Demikian dikutip kantor berita Jepang, Kyodo, Minggu (13/3/2011).

Sebelumnya, Badan Meteorologi Jepang mengatakan, kekuatan gempa bumi yang disusul tsunami tersebut 8,9 skala Ritcher (8,9 SR). Gempa ini, seperti dilansir Kyodo merupakan salah satu gempa bumi terbesar di Jepang.

Saat ini, jumlah korban tewas akibat gempa bumi yang disusul tsunami tersebut mencapai sekitar 2.000 orang. Di Prefektur Fukushima, jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 1.167 orang. Di Prefektur Miyagi dan Iwate setidaknya ditemukan 600 jenazah. Sementara itu, di Miyagi, 200 jenazah baru ditemukan.

Menurut juru bicara kepolisian Miyagi, Go Sugawara, korban tewas di Miyagi mungkin mencapai 10.000 jiwa. Miyagi adalah wilayah yang terkena dampak terburuk dari tragedi gempa dan tsunami pada Jumat lalu. Sebagaimana diketahui, gempa berkekuatan 9 SR telah menyebabkan tsunami setinggi 4-10 meter.

Gelombang tsunami juga dilaporkan telah merusak 20.820 bangunan. Saat ini, menurut pemerintah pusat dan daerah, lebih dari 300.000 orang telah dievakuasi di tempat-tempat penampungan yang terletak di enam prefektur.

Gempa Jepang Terjadi 1.000 Tahun Sekali

Warga Kota Miyako berjalan di tengah kota mereka, Sabtu (12/3/2011) yang porak-poranda akibat terjangan tsunami setelah gempat berkekuatan 8,9 SR mengguncang daerah itu, Jumat (11/3/2011). 

TOKYO, KOMPAS.com — Gempa besar yang melanda Jepang pada Jumat 11 Maret 2011 terjadi akibat pergerakan beberapa lempeng sekaligus. Akibatnya, terjadi gempa dengan intensitas tinggi yang hanya bisa terjadi setiap 1.000 tahun.

"Saya tak bisa mengungkapkan lewat kata-kata betapa kagetnya melihat skala gempa. Ini mungkin sama dengan gempa di Jogan. Gempa seperti ini hanya bisa terjadi setiap 1.000 tahun," kata Katsuyuki Abe, ketua komisi penelitian gempa Jepang, Minggu (13/3/2011).

Gempa Jogan terjadi pada tahun 869. Analisis National Institute of Advaced Industrial Science and Technology (AIST) menengarai, gempa tersebut terjadi di wilayah sepanjang 200 km dan lebar 100 km antara Miyagi dan Prefektur Fukujima.

Profesor Universitas Tokyo Takashi Furumura mengatakan, gempa ini bisa memacu inland earthquake. Inland earthquake pernah melanda Aichi Prefecture pada tahun 1945, terjadi antara Gempa Tonankai tahun 1944 dan Nankai tahun 1946.

Berdasarkan data NGC NOAA, hingga saat ini Jepang telah mengalami sekitar 370 gempa dengan kekuatan dan kerusakan yang signifikan. Jepang terletak di wilayah Cincin Api Pasifik sehingga memiliki potensi gempa tinggi.

160 Orang Terpapar Radiasi Nuklir

Seorang tentara Jepang membopong seorang lelaki usia lanjut di punggungnya di Kota Natori, Prefektur Miyagi, Sabtu (12/3/2011). Kota itu porak-poranda akibat terjangan tsunami setelah gempat berkekuatan 8,9 SR mengguncang daerah itu, Jumat (11/3/2011). Pemerintah Jepang mengerahkan 100 ribu personel tentara untuk membantu daerah yang terkena gempa. 



SENDAI, KOMPAS.com — Pasca-gempa besar berkekuatan 8,9 SR dan terjangan tsunami dahsyat yang memorak-porandakan sejumlah wilayah di pantai timur, Jepang kini menghadapi ancaman baru, yaitu kemungkinan bocornya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima Daiichi yang dioperasikan Tokyo Electric Power Co (Tepco).

Badan Keselamatan Nuklir, otoritas yang menangani masalah nuklir di Jepang, mengatakan, setidaknya 160 orang diduga terpapar radiasi nuklir. Sementara itu, kantor berita Jiji tanpa mengutip sumber mengatakan, 19 orang telah terpapar radiasi nuklir.

Pihak Pemerintah Jepang sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait korban yang terpapar radiasi nuklir. Juru Bicara Pemerintah Jepang Edano mengatakan, radiasi yang disebabkan ledakan memang melampaui batas normal. Namun, hal tersebut tak memiliki ancaman langsung terhadap kesehatan manusia.

Warga pun mulai memeriksakan diri apakah mereka terpapar oleh radiasi nuklir. "Awalnya saya khawatir dengan gempa bumi. Namun, kini saya khawatir dengan radiasi. Saya tinggal di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Saya ke sini untuk memeriksakan diri, apakah saya baik-baik saja," kata Kenji Koshiba, pekerja konstruksi di pusat gawat darurat di Koriyama.

Hingga saat ini, Pemerintah Jepang sebagaimana dilansir Reuters telah mengevakuasi 110.000 orang yang tinggal di wilayah dengan radius 20 kilometer dari lokasi PLTN.

Edano mengatakan, pemerintah telah berupaya untuk mengurangi risiko radiasi nuklir. Pemerintah, tambahnya, fokus mengeluarkan udara dari reaktor nuklir yang rusak akibat gempa 8,9 magnitude yang disertai tsunami tersebut.

Selain itu, saat ini jutaan penduduk Jepang tak memiliki akses terhadap air bersih dan listrik. Sejak Jumat, mereka hanya bertahan hidup dengan mi instan. Hal ini juga dialami sejumlah tempat penampungan dan rumah sakit. "Saat ini tetap belum ada air atau listrik. Padahal, kami memiliki pasien yang perlu dirawat," kata pejabat RS Sengen General Hospital, Ikuro Matsumoto.

Tsunami Terjang Rumah di Papua Utara

JAYAPURA, KOMPAS.com — Gelombang tsunami dampak gempa dahsyat di Jepang juga sampai di wilayah perairan Papua bagian utara.  Tsunami dilaporkan merusak beberapa bangunan rumah dan jembatan di kampung Tobati, Teluk Youtefa, Provinsi Papua.

”Beberapa rumah dan jembatan di kampung Tobati rusak parah, bahkan ada beberapa yang hancur total akibat gelombang tsunami semalam,” kata Sekretaris Jemaat Gereja Kampung Tobati, Marcelino Hababuk, Sabtu (12/3/2011) pagi.

Menurut dia, di kampung Tobati, yang berupa pulau terpisah dari Kota Jayapura dan berada di tengah laut dalam Teluk Yotefa, gelombang tsunami menerjang sekitar pukul 21.30 WIT tadi malam.

”Di Tobati yang paling parah terkena terjangan tsunami adalah permukiman dan jembatan di jalur laut,” tuturnya.

Ia menjelaskan, saat mendengar akan ada tsunami menuju Jayapura, warga kampung Tobati langsung bergegas menuju gereja setempat yang berlokasi di atas perbukitan pulau itu.

”Tiga kali kami melihat air naik turun, dimulai sekitar pukul 20.30 WIT, puncaknya hingga menghancurkan rumah dan jembatan kampung,” kata Marcelino Hababuk.

Saat ini, katanya, warga kampung Tobati sedang berusaha memperbaiki rumah dan jembatan yang rusak.
”Lebih parah ada sebuah rumah di kampung Enggros yang bersebelahan dengan kami disapu tsunami hingga tak ada bekas,” kata Marcelino Hababuk.

Sebelumnya pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura, Papua, mengeluarkan peringatan akan terjadi tsunami di wilayah perairan Papua bagian utara. Tsunami diperkirakan akan sampai di perairan Papua bagian utara pada pukul 20.00 WIT.

”Yang termasuk perairan Papua bagian utara, yakni, Jayapura, Sarmi, Biak, Serui dan daerah sekitarnya,” kata Kepala BMKG Wilayah V Jayapura, Papua Sudaryono.

Peringatan tsunami sempat membuat seluruh warga Kota Jayapura yang bermukim di daerah pesisir pantai memilih mengungsi ke daerah yang lebih aman. Meski tsunami tidak berdampak parah dan pihak BMKG kemudian mencabut peringatannya, hal itu cukup membuat warga Kota Jayapura trauma.